Pengobatan modern kini mulai melirik lintah, binatang
pengisap darah yang sering dibenci orang. Ternyata lintah bisa meringankan rasa
sakit sekaligus melancarkan peredaran darah.
Memang sejak banyak
orang sembuh setelah memanfaatkannya, lintah (Hirudo medicinalis) mulai naik
daun. Di berbagai rumah sakit dan tempat praktik dokter di Jerman kini bisa
ditemukan lintah untuk penyembuhan. Bahkan di sana setiap tahun sekitar 250.000
ekor lintah digunakan untuk mengatasi perdarahan. Selain itu ia juga
dimanfaatkan dalam operasi plastik.
“Kadang-kadang kita
meletakkan lintah juga di dalam mulut,” kata Martin Klein, dokter bedah di
Klinik Virchow, Berlin. “Misalnya, setelah operasi pipi, jika suatu bagian pada
kulit menjadi biru. Tapi, tentu saja si penunggu harus mengamati sepanjang
waktu agar pasien tidak menelan lintah itu.”
Hasilnya, selain
melancarkan aliran darah, lintah juga mengurangi rasa sakit. Metode penyembuhan
dengan lintah merupakan tatacara yang tersisa dari Abad Pertengahan. Pada masa
itu pasien yang mengalami masalah pada sendi lutut akan merasa lebih baik
setelah menempelkan lintah pada lukanya selama beberapa minggu.
Namun pada abad XIX
penggunaan lintah secara eksesif di fakultas kedokteran sempat ketinggalan
zaman, tergusur oleh kelelawar yang waktu itu sedang booming. Namun
kenyataannya para dokter tetap membutuhkan jutaan binatang untuk pengobatan
yang menggunakan isapan. Lintah pun tetap digunakan sebagai salah satu
penyembuh serba guna. Hewan ini bisa dimanfaatkan oleh penderita skizofrenia
maupun depresi, juga untuk merangsang mata, mengempiskan lidah bengkak, dan
meringankan sakit usus buntu serta perdarahan.
Kini lintah bahkan
diakui sebagai penolong manusia. Di kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga
rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi
kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml – kuota
yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung
zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur
hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
Kemampuan lintah rupanya
menarik perhatian Manfred Roth. Maka, sejak sepuluh tahun lalu ahli zoologi dan
pencinta binatang “haus” darah ini menjadi pengelola dan pengimpor lintah
satu-satunya di Jerman. Di bekas ru mah-rumah kaca untuk sayuran, ia
mengembangbiakkan binatang tersebut di antara tumbuhan air, seperti bunga
teratai, di kolam berair jernih dengan kontrol kebersihan yang ketat.
Setidaknya ada 19 kolam tempat pemeliharaan. Tahun ini saja, dari sini 100.000
ekor lintah telah dipak dengan menggunakan kain basah dan styrofoam pelindung
dan dikirimkan kepada para dokter, klinik, dan tabib.
Mungkin karena kemampuan
lintah tadi, dalam Bahasa Inggris seorang tabib pada Abad Pertengahan dianggap
sebagai leechers. Orang Teuton (Jerman kuno) mengartikan kata leech hampir
sinonim dengan kata “penyembuh”. Dhanvantari, salah seorang dewi India, dalam
Ayurveda digambarkan memegang seekor lintah di salah satu dari empat tangannya.
Lintah bahkan sempat
dianggap bermanfaat untuk mengobati HIV dan hepatitis. Tetapi manfaat itu belum
bisa dibuktikan. Mengenai aturan pakainya, “Setelah digunakan langsung
dibuang,” begitulah peringatan di Internet. Cuma sedikit lintah yang beruntung
bisa dikirim kembali ke kolam pembiakan Firma Zaug.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar